Minggu, 22 Januari 2012

PSIKOLOGI SASTRA ANALISIS NOVEL LURUH KUNCUP SEBELUM BERBUNGA OLEH: AGUS SUHIRJAN EIC108 091 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MATARAM 2011 KATA PENGANTAR Rasa syukur yang mendalam penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah memberikan anugerahNya kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan analisis dengan judul “Luruh Kuncup Sebelum Berbunga Karya Mira W. tugas ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas akhir matakuliah penelitian sastra Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas mataram. Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan dan motivasi sehingga dapat menyelesaikan tugas ini, khususnya disampaikan kepada : Dosen mata kuliah seminar sastra Akhirnya dengan segala kekurangan penulis persembahkan kepada para pembaca dengan harapan semoga dapat bermanfaat bagi orang yang berkepentingan. Mataram, 5Juni 2011 Penulis, DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii I : PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Permasalan 1 C. Tujuan 1 II : PEMBAHASAN 2 A. Pengertian Novel 2 B. Unsur – unsur Novel 2 NOVEL LURUH KUNCUP SEBELUM BERBUNGA KARYA MIRA W 3 A. Unsur-unsur instrinsik Novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga 3 B. Unsur-unsur ekstrensik Novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga 13 III PENUTUP 18 A. Kesimpulan 18 B. Saran 18 DAFTAR PUSTAKA 19 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra dibuat pengarang untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada para penikmatnya, mengharapkan terjadinya komunikasi imajinatif, yaitu suatu sentuhan yang dapat menimbulkan citra atau bayangan-bayangan tertentu di dalam angan-angan penikmatnya (Suharianto. 1982;17). Jadi sasaran karya sastra bukanlah pikiran penikmatnya, melainkan perasaannya. Artinya sebuah karya sastra tidak lain merupakan pengabadian perasaan – perasaan pengarang yang menggejala dalam benaknya sebagai hasil persentuhan dengan hidup kehidupan ini. Karya sastra berkemampuan pula menjadikan para penikmatnya lebih mengenal manusia dengan kemanusiaannya, karena apa yang disampaikan oleh setiap karya sastra tersebut tidak lain ialah manusia dengan segala macam perilakunya. Di antara sekian novel karya Mira W. penulis tertarik untuk mengadakan penelitian pada salah satu novel berjudul Luruh Kuncup Sebelum Berbunga. Novel tersebut merupakan sebuah totalitas yang terbangun oleh berbagai unsur instrinsiknya yang koherensif dan padu. Dengan mencermati dan mempelajari alur, latar, para tokoh, gaya dan tema pada novel ini akan mendapatkan nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya sehingga mampu mempengaruhi perkembangan peserta didik menjadi masyarakat yang berakhlak mulia atau berbudi luhur. Nilai-nilai pendidikan itu jika digali dan diajarkan dapat membentuk watak siswa yang berbudi pekerti luhur dan dapat menempa jiwa mereka menjadi pribadi – pribadi yang tangguh. Berdasarkan alasan seperti disebut di atas, penulis tertarik untuk membahasnya dalam tugas penelitian sastra dengan judul Novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga Karya Mira W. B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas masalah dalam analisis ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah Unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga karya Mira W.” C. Tujuan Melalui penulisan ini penulis berusaha mencapai beberapa tujuan yaitu : “Menunjukkan unsur-unsur novelLuruh Kuncup Sebelum Berbunga karya Mira W. “ II PEMBAHASAN A. Pengertian Novel Dalam arti luas, novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang lebih luas. Ukuran yang luas di sini dapat berarti cerita dengan alur yang kompleks, karakter yang banyak, tema atau permasalahan yang luas ruang lingkupnya, suasana cerita yang beragam, dan latar yang beragam pula. Dalam sastra Indonesia, istilah novel seperti yang terdapat dalam pengertian yang lebih umum selama ini adalah istilah roman, kemudian istilah tersebut dipergunakan dalam hal yang sama. Tarigan (1985: 164) mengutip beberapa devinisi novel sebagai berikut : “Novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu,yang melukiskan para tokoh,gerak serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut” “Novel adalah suatu cerita dengan suatu alur,cukup panjang mengisi satu buku atau lebih, yang menggarap kehidupan pria dan wanita yang bersifat imajinatif” B. Unsur-Unsur Novel 1. Unsur Intrinsik Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Nurgiyantoro (1995 : 23) memberikan pengertian bahwa unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduan antar unsur intrinsik inilah yang membuat novel berwujud. Atau sebaliknya, jika dilihat dari sudut kita pembaca, unsur – unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah novel.Unsur yang dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain. Menurut Suharianto (1982 : 28-38) unsur karya prosa, termasuk di dalamnya novel adalah tema, alur / plot, penokohan, latar, tegangan dan padahan, suasana, pusat pengisahan, dan gaya bahasa. Pendapat lain mengatakan bahwa fiksi novel adalah cerita rekaan yang berupa suatu sistem, maka sistem itu memiliki sub sistem yang terkandung di dalamnya. Sub sistem itulah yang dimaksud dengan unsur-unsur atau struktur cerita (Sujiman 1988:11). Dengan melihat pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam sebuah cerita terdapat bangun cerita atau struktur pokok yang menjadi dasar dalam pembuatan sebuah cerita. Bangun dan struktur cerita itu adalah struktur dalam cerita yang selalu berhubungan satu sama lain. Untuk memperjelas bangun dan struktur cerita yang ada dalam novel yang meliputi tema, alur atau plot, tokoh dan penokohan, latar atau setting, tegangan, suasana, pusat pengisahan, dan gaya. 2. Unsur Ekstrinsik Unsur ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun ia sendiri tiddak ikut menjadi bagian di dalamnya (Nurgiyantoro 1995 : 23). Unsur-unsur ekstrinsik antara lain adalah : a. Keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang kesemuannya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. b. Psikologi pengarang yang mencakup proses kratifitasnya. c. Psikologi pembaca d. Pengaruh lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial yang berpengaruh terhadap karya sastra. e. Pandangan hidup suatu bangsa (Nurgiyantoro 1995 : 24). A. Unsur-Unsur Instrinsik Novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga Karya Mira W. 1. Tema Tema sebagai dasar cerita dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga terdiri atas tema mayor yaitu lunturnya dendam kesumat karena kasih sayang, dan tema minor yaitu kematian dini yang penuh nilai-nilai kehidupan. Tema tersebut sangat beralasan. Tokoh Ari anak Kris dan Dewi berwatak lucu, polos, ramah, pandai, penuh kasih sayang pada orang lain. Hal ini telah meluluhkan dendam orang tua Kris. Ari meninggal diusia yang sangat muda karena tumor otak yang menggerogotinya. Dia telah meninggalkan nilai-nilai kehidupan yang penuh makna bagi pembaca. Nilai-nilai kehidupan itulah yang menyatukan, mendamaikan antara anak menantu dan orang tua. Novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga menceritakan tentang dendam orang tua kepada anaknya bisa luntur, hilang, dan sadar karena adanya sikap rendah hati, kepolosan, keramahan dari anak dan cucu, sehingga kebersamaan dan persatuan keluarga bisa terwujud kembali. Pesan dan nilai yang terkandung dari novel ini bagi pembaca diharapkan4memiliki kerendahan hati, menjunjung nilai-nilai kehidupan moral dan mau berkorban. 2. Alur Novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga karya Mira W. menggunakan alur gabungan yang diawali dengan penggawatan, pemaparan, penanjakan, puncak atau klimaks dan berakhir dengan pelarian. Dengan alur tersebut dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut : a. Pengguawatan Tahap pengguawatan mencerita Ari yang sedang merayakan ulang tahun ke 5 (lima), tiba-tiba ada angin dan halilintar memadamkan lilin. Sedangkan Dewi dan Kris penuh tanda tanya dalam hati atas peris tiwa tersebut. Sebagaimana kutipan berikut : “Ari anak Kris dan Dewi sedang merayakan ulang tahun yang ke lima, tiba-tiba halilintar menggelegar hingga lilin-lilin di kue ulang tahun mati. Sebuah firasat buruk terbersit di benak Kris dan Dewi walau mereka membuang jauh-jauh” b. Pemaparan Tahap pemaparan dapat diketahui ketika pengarang melukiskan perkawinan Kris dan Dewi yang tidak direstui orang tua Kris. Mereka tetap melaksanakan dengan kawin lari. Setelah menunggu 8 (delapan) tahun baru lahirlah Ari anaknya. “rencana pernikahan Kris dan Dewi yang tidak direstui orang tua Kris, mereka tetap melaksanakannya dengan kawin lari ” c. Penanjakan Tahapan ini pengarang melukiskan konflik-konflik yang dihadapi keluarga Kris dan Dewi. Konfik tersebut adalah penyakit Ari yang semakin parah, dan ketertarikan orang tua Kris kepada cucunya yang penuh kasih walau rasa gengsi masih menguasai mereka. “Ari mulai sakit-sakitan” “ketertarikan orang tua Kris terhadap kepolosan dan kelucuan ari“ d. Puncak / Klimaks Tahap ini menggambarkan peristiwa puncak yaitu penyakit Ari semakin parah tak bisa diobati. Digambarkan pula kepedulian, kesadaran, penyesalan orang tua Kris terhadap Kris, Dewi dan Ari. “orang tua Kris sangat peduli pada Ari“ “sakit Ari semakin parah --- menyadarkan orang tua Kris“ e. Pelarian Meninggalnya ayah Kris dan Ari mencairkan dendam antara orang tua dan anak. “meninggalnya orang tua Kris dan Ari yang menyatukan keluara“ Dengan demikian Alur yang dipakai dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga sangat menarik. Secara garis besar novel ini menceritakan kisah anak tunggal bernama Ari dari keluarga kecil, dimana kedua orang tuannya Dewi dan Kris tidak mendapatkan restu untuk berumah tangga. Anak semata wayang tersebut baru mulai tumbuh dan diharapkan menjadi kebahagiaan keluarga serta ayah (eyang kakung) dan ibunya (eyang putri). Ari seorang anak yang lincah pinter dan lucu tersebut dengan mulai disenangi oleh eyangnya dan karena Arilah keluarga mereka mulai dapat dipersatukan. Namun ketika perilaku Ari mulai dapat menyatukan keluarga yang terpecah, dia menderia penyakit yang akhirnya tidak dapat disembuhkan. Kepergian Ari ternyata tidak sia-sia, dia telah menyatukan keluarganya kembali yang telah terpecah belah. Ari adalah seorang anak walaupun memiliki umur yang singkat, dimasa hidupnya diceritakan di dalam pergaulannya telah memiliki perilaku yang dapat membangkitkan hidup dan kehidupan di sekitarnya. Karena dia tidak hanya mampu menyadarkan eyangnya yang angkuh, tetapi juga dapat menyadarkan kita untuk menolong sesama dan tidak membedakan kelas atau strata dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga dia disebut gugur sebelum berkembang, dan dia gugur untuk menjadi pupuk kehidupan alam sekitarnya. 3. Penokohan / Perwatakan Para tokoh cerita dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga adalah sebagai berikut : a. Ari berwatak lucu, polos, lincah, baik hati dan pandai b. Dewi berwatak keibuan dan kasih sayang c. Kris berwatak kebapakan dan teladan bagi anak d. Pinta berwatak polos, baik, penuh perhatian e. Ayah Kris berwatak keras hati, gengsi f. Ibu Kris berwatak keras hati, gengsi g. Dokter penokohan sabar, baik Cara penyampaian watak / tokoh dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga, dapat di kelompokkan menjadi dua sebagai kutipan berikut: a. Secara Langsung “Ari montok, hidungnya mancung, matannya bulat bening. Sementara mertuannya ? pipinya kempot, hidungnya pesek, kepalanya botak“ “duh cucu ibu pandai sekali! --- dengan gemas tangannya langsung mencubit pipi Ari” “Dewi tidak tega melarang anaknya yang bermain-main dengan Pinta“ Pinta adalah adak perempuan yatim piatu yang tinggal dirumah sebelah“ “pilih kami atau gadis ini, ancam ayahnya kemaren ketika untuk kesekiannya Kris mengajak orang tuannya berembuk“ “Ayahmu bersumpah tidak mau menginjak rumahmu. --- sudahlah percupa kau bujuk dia“ “tentu saja. Dokter Rahman tersenyum sabar” b. Secara Tidak Langsung “ah gampang Ari selalu selesai paling dulu, pasti dipuji guru, nggak malah dihukum “oh ya hari ini Ari belum bawa kue buat Pinta, ya? Repti mau? Ari punya sepotong kue roti di bawah bantal“ Secara ringkas berikut di diterangkan peran para tokoh dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga, sebagai berikut. 1. Ari Dalam Novel Layu Sebelum Berbunga, Ari adalah serang tokoh cerita sebagai anak tunggal dan sekaligus cucu pertama yang pada awalnya memiliki kelincahan, keceriaan, kekaguman, dan kelucuan. Tetapi ternyata memiliki penyakit tumor otak yang merenggut nyawanya, sehingga sang anak tersebut tidak sempat tumbuh menjadi remaja atau dewasa. “Ibu Ari memeluk erat buah hatinya itu, sementara Kris, ayahnya menutup pintu yang tadi terbuka oleh angin” 2. Kris Kris adalah yang menikahi Dewi walaupun tidak disetujui oleh mertuanya, karena adanya rasa kebencian terhadap keluarga orang tua Kris. “Kris, ayahnya menutup pintu yang tadi terbuka oleh angin” 3. Dewi Dewi memerankan tokoh sebagai Ibu dari Ari, yang mana kedua orangtua Dewi tidak merestui atas pernikahanya dengan Kris. Sampai akhirnya Ari dapat menyadarkan dan menyatukan keluarga tersebut. “Dewi, Ibu Ari memeluk erat buah hatinya itu” 4. Pinta Pinta memerankan tokoh sebagai teman bermain Ari, dia seorang anak wanita dari keluarga miskin dan buta tetapi memiliki hati yang tulus dan setia kawan. ”Pinta adalah anak yatim-piatu yang miskin, kotor dan buta.Sehari-hari ia membantu kakaknya mengorek sampah” 5. Tato Tato memerankan tokoh sebagai kakak Dewi, yang dipenjara karena dituduh membunuh handi adik Kres. “Ayah Kris membenci keluarga Prawoto karena, Tato, anak dari keluarga Pak Prawoto telah membunuh anaknya, Handi. Dan Dewi adalah adik Tato” Uti memerankan sebagai kakak Pinta yang tinggal dalam gubuk sangat sederhana. “Uti, kakak Pinta mendatangi mereka dan menyuruh Pinta masuk dalam gubuk, Ari juga disuruhnya pulang. Uti dan Pinta masuk dalam gubuk, mereka makan sangat lahap” 6. Eyang Putri Eyang putri adalah memerankan sebagai ibu dari Kris sekaligus Nenek dari Ari yang pada awalnya secara diam-diam menyukai Ari dan akhirnya sangat menyanginya. “Ibu Kris yang dari tadi memperhatikan cucunya itu, mulai tertarik. Namun, perasaannya itu disembunyikan karena takut pada suaminya” 7. Eyang Kakung Eyang Kakung memerankan ayah Kris dan sekaligus kakek Ari yang mempunyai sikap angkuh dan tidak mau merestui anaknya (Kris) menikah dengan Dewi. Tetapi akhirnya luluh oleh sikap dan perilaku Ari, walupun akhirnya meninggal mendahului Ari. “Di rumah neneknya, Ari langsung mengobrol, makan, mengoceh dan hal itu membuat ketertarikan Eyang Kakung semakin bertambah. Tak terasa hanya dalam waktu satu hari, Ari dapat meluluhkan hati kedua eyangnya itu” 8. Pak Prawoto Pak Prawoto memerankan sebagai ayah Dewi, yang sangat dibenci ayah Kris. “Kris jatuh cinta dengan Dewi, anak Pak Prawoto, orang yang paling dibenci ayahnya” 9. dr. Rachman dr. Rachman memerankan dokter saraf yang memeriksa Ari, dan mencurigai bahwa di otak Ari kemungkinan ada proses dan harus diperiksa secara lengakap. “dokter Rahman bagian saraf menjelaskan bahwa ada proses di dalam otaknya, tapi tak yakin tanpa pemeriksaan yang lebih lengkap” 10. dokter Siswo Dokter Siswo memerankan tokoh sebagai dokter yang memeriksa dan menangani pengoperasian otak Ari di rumah sakit Jakarta. “Takkala Kris dipanggil oleh dokter Siswo, dia merasa bahwa kabar buruklah yang akan didengarnya. Dan ternyata benar, Ari menderita tumor otak. Dan dokter juga menyarankan agar Ari dioperasi” Dari penjelasan peran 12 (dua belas) tokoh di atas, dengan melihat alur cerita dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Bebunga, maka para tokoh tersebut dapat dikelompokkan menjadi tokoh utama dan tokoh periferal atau tokoh tambahan. Sebagai tokoh utamanya adalah Ari, Kris, dan Dewi. Sedangkan sebagai tokoh tambahan adalah Eyang Kakung, Eyang Putri, Pinta, Uti, Tato, dr Rachman, dan dokter Siswo. Tokoh tambahan tersebut merupakan tokoh yang tidak sentral dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama. 4. Latar atau Seting Latar adalah tempat waktu terjadinya cerita. Suatu cerita ialah lukisan peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu di suatu tempat. Latar dapat dibedakan dalam tiga unsur pokok yaitu; a. tempat, b. waktu, dan c. sosial. Ketiga unsur itu walau masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Latar dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga secara garis besar adalah : a) Latar Tempat Cerita yang mengisahkan para tokohnya dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga bertempat didua keluarga disebuah kota kecil dan rumah sakit di Jakarta. Keluarga pertama adalah menceritakan keluarga utama yaitu antara Ari sebagai anak, Dewi sebagai Ibu dan Kris sebagai Ayah. Keluarga ke dua menceritakan suasana di tempat tinggal eyang atau orang tua Kris. Sedangkan rumah sakit yang berada di Jakarta menceritakan suasana terjadinya kecemasan dan harapan kepada Ari yang sedang dirawat. “Ari melihat neneknya menunggu di dalam mobil di depan sekolah” “di rumah sakit ? Dewi mengganggukan sedih” “mau apa kau bawa kemari? Kau kerumahnya?” b) Latar Waktu Cerita dalam Novel ini mengisahkan seorang di masa anak – anak yang mulai terlihat tumbuh, pintar, polos dan lucu, namun belum sempat tumbuh lebih besar lagi, dia meninggal dunia. Latar waktu dalam novel ini cerita terfokus pada cerita sewaktu Ari berumur 5 sampai dengan 8 tahun. Tak terasa 5 tahun sudah usia Ari, dia tumbuh dengan cepatnya. Sampai ultah pernikahan yang ke-8 c) Latar Sosial Isi cerita dalam novel ini juga banyak mengisahkan latar sosial, yang menceritakan situasi dan kondisi sosial keluarga Ari, situasi dan kondisi lingkungan sosial keluarga Pak Prawoto, situasi dan kondisi pekerjaan di kantor Kris, kondisi dan situasi sosial keluarga pinta, dan kondisi sosial kakak Dewi ,Tato. Sebagaimana diceritakan dalam novel tersebut, yaitu ; “Sudah 8 tahun Kris menunggu hadirnya seorang anak. Pernah suatu waktu mereka sudah berputus asa, karena belum juga dikarunia seorang anak. Setelah tahun-tahun kemanisan cinta itu mulai memudar, mereka sam-sama mengharapkan anak sebagai pupuk penyubur pohon perkawinan mereka. Dan itulah yang tak pernah mereka miliki sampai tahun perkawinan mereka yang kedelapan.” “Kris jatuh cinta dengan Dewi, anak Pak Prawoto, orang yang paling dibenci ayahnya. Ayah Kris membenci keluarga Prawoto karena, Tato, anak dari keluarga Pak Prawoto telah membunuh anaknya, Handi. Dan Dewi adalah adik Tato. Tanpa restu dari orang tuanya, Kris dan Dewi kawin lari dan pergi jauh dari rumah orang tuanya. Cinta mereka memang tidak sia-sia, sudah bertahun-tahun mereka hidup tanpa bantuan orang lain. Mereka memutuskan bahwa Kris harus melanjutkan kuliahnya dan bekerja, setelah itu baru mereka akan meminang anak. Tetapi, selama 3 tahun sudah mereka belum dikaruniai seorang anak. Hingga Dewi memeriksakan diri ke dokter, ternyata ada sebuah kista di salah satu indung telurnya. Dokter menganjurkan agar kista itu diangkat dan Dewi masih bisa mempunyai anak. Setelah melakukan operasi, untuk pertama kalinya Dewi hamil setelah umur perkawinan mereka 8 tahun. Kris bermaksud untuk memberitahukan kepada orangtuanya bahwa Dewi sedang hamil. Tetapi, tetap saja mereka menyambut dingin” 5. Tegangan Tegangan ialah bagian cerita yang membuat kita sebagai pembacanya terangsang untuk melanjutkan membacanya. Keinginan tersebut muncul karena pengarang seakan menjanjikan kita sebagai pembacanya akan menemukan ‘sesuatu’ yang kita harapkan atau sesuatu ‘jawaban’ atas pertanyaan-pertanyaan yang singgah di benak kita pada waktu membaca bagian sebelumnya (Suharianto 1982: 33). Tegangan dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga adalah sebagaimana kutipan pertanyaan “bagaimana penyakit Ari?”, “bagaimana hubungan ayah Kris dan Dewi serta Kris?” 6. Suasana Suasana yang terlukis dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga ada yang mengharukan dan ada pula yang membahagiakan. Suasana keharuan dilukiskan dengan luluhnya kegarangan dan kesombongan serta tatapan sayu, sebagimana kutipan berikut : “ untuk pertama kalinya kegarangan dan kesombongan luluh seperti cermin dibanting di atas batu” “tatapan yang sayu menerawang jauh ke halaman“ Suasana membahagiakan dilukiskan ketika akhirnya dapat menyatukan kembali keluarga dan membawa kedamaian. “Ari menyaksikan eyang Putri dan ayahnya saling rangkul sambil menangis. Kepergianya telah menyatukan mereka kembali, membawa damai “ 7. Pusat Pengisahan Pusat pengisahan adalah bagaimana pengarang akan menentukan siapa orangnya yang akan berkedudukan sebagai apa pengarang dalam4cerita tersebut, untuk menampilkan cerita menngenai perikehidupan tokoh. Dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga ternyata pengarang serba hadir serta tahu pada pelaku Kris, Dewi, Ari. Pengarang tahu apa yang dilakukan para pelaku. “Belum pernah Dewi melihat paras suaminya semuram itu. Bahkan ketika dia memutuskan untuk meninggalkan rumahnya, Kris tidak sampai semurung sekarang.” “Dewi hampir tidak dapat mempercayai matanya. Sejenak dia tertegun di ambang pintu. Sebelum butir-butir air mata runtuh dan bergulir ke pipinya “ 8. Gaya Bahasa Bahasa dalam karya sastra mempunyai fungsi ganda. Ia bukan hanya sebagai alat penyampai maksud pengarang, melainkan juga sebagai penyampaian perasaannya. Gaya bahasa yang dipakai dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga adalah hiperbola, repetisi, dan perumpamaan. sebagai kutipan berikut : a. Majas Hiperbola “halilintar menggelegar membelah udara“ b. Majas Repetisi / Pengulangan Kata “ini hari, hari bahagia “nggak lucu, nggak bisa dongeng, nggak bisa sulap“ “sarung bantal Ari merah, merah sekal“2 c. Perumpamaan “mereka menjaga kandungan mahal seperti menjaga sebutir intan Ketiga gaya bahasa di atas yang paling dominan dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga adalah gaya bahasa repetisi. Semua gaya bahasa yang dipakai lebih hidup dan dapat membuat daya tarik pembaca B. Unsur ekstrinsik Novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga Nilai pendidikan dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga dapat di kelompokkan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut : 1. Bahasa Bahasa yang dipakai dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga baik. Kosa kata yang dipakai bervariasi, mempunyai makna denotasi konotasi ungkapan serta beberapa majas. Kalimatnya sebagian besar menggunakan pola sederhana sehingga memudahkan pembaca untuk memaknai isinya, serta pemilihan kosa kata bervariasi menggunakan istilah-istilah baru yang beguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan. Bahasa tersebut sebagaimana kutipan berikut : “rasanya untuk saat ini kita tak bisa menghindari operasi, pertama-tama untuk membuka sumbatan yang tadi saya katakan. Kemudian kita akan melakukan biopsi, mengambil sedikit jaringan otak Ari untuk diperiksa di laboratorium” “spontanitas kanak-kananya meruntuhkan hambatan tradisi dan prinsip. Dia melangkah tegap menerobos jurang antar generasi. Menggempur semua benteng perbedaan prinsip, usia dan keangkuhan” “kata dokter, Cuma untuk beberapa hari”. Tetapi yang beberapa hari itu ternyata tidak menyenangkan Ari. Bukan hanya darahnya yang diambil tetapi cairan otaknya juga, dan karena sakitnya, Ari sampai jera, tidak mau diperiksa apapun “ Dalam tulisan lain dapat dilihat pada kutipan berikut : “Ari telah pergi jauh” “Hampir enam tahun Ari dibiarkan tuhan menjadi miliknya” “Ari memukuli dada ayahnya sambil menanggis sampai Kris kewalahan menghentikannya” 2. Psikologi Novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga isinya menggambarkan keadaan dunia yang nyata sesuai dengan kehidupan dimasyarakat yang selama ini dihadapi. Dalam novel ini banyak hal-hal yang dibutuhkan dan dikembangkan anak sebagai modal dasar pendewasaan diri menuju manusia yang cerdas dan mandiri. Hal-hal yang perlu diketahui dan dikembangkan misalnya tentang solidaritas, etika, sosial, keagamaan. Sebagaimana kutipan novel berikut. “seperti hendak menghindarkan kenangan itu dari ingatanya, ayah Kris bergegas bangun, tetapi dia tidak mampu berdiri. Lututnya bukan main sakitnya, seketika Ari melompat untuk membantu kakeknya. Dicobanya menarik-narik tangan ayah Kris, tetapi Eyang terlalu berat” 3. Latar Budaya a. Nilai Pendidikan Etika Nilai pendidikan etika banyak tercermin dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga seperti beberapa kutipan berikut; “Tetapi dia tidak mau Pinta kelaparan. Kalau harus memilih, dia tahu yang mana harus dipilihnya. “Buat pinta saja,” katanya sampil mendorong piring kembali. “ Tapi kakak lapar”! protes pinta, berkeras menyorongkan piring itu kepada kakaknya.” “Pinta memegang tangan kakaknya dengan sedih, dia memang tidak dapat melihat tetapi dia dapat merasakan kesedihan kakaknya” Dalam hal ini nilai pendidikan etika terlihat bahwa seorang kakak beradik tidak mau ego mementingkan diri sendiri, dan adanya saling menghormati.” Kemudian pada dialog lain tercermin nilai etika kehidupan, bahwa manusia tidak boleh tergantung pada orang lain tetapi harus usaha sendiri. “Tapi pinta tidak boleh mengemis padanya, selama kakak masih bisa cari makan, kamu tidak boleh menerima belas kasihan orang” “Dewi bertanya pada Ari. Ari pun menjawab bahwa semuanya dari eyang. Dewi terkejut mendengar jawaban dari Ari dan yang terkejut bukan hanya Dewi, tetapi Ari juga, karena Ari baru sadar akan janjinya pada eyangnya”. Dialog tersebut mencerminkan adanya kode etik untuk selalu memegang janji.” Nilai pendidikan etika dalam kebiasaan kerapian dan ketertiban juga tecermin pad novel Luruh Kuncup, yaitu seperti dialog beriku : “Hati-hati dipungutnya celananya. Dikumpulkannya bersama kemeja dan sepatunya. Pakaian kotor ditaruhnya di dalam keranjang cucian yang memang telah disediakan Dewi di sudut kamar.” b. Nilai Pendidikkan Moral dan atau Kasih Sayang Nilai pendidikan moral dan atau kasih sayang banyak dimunculkan pada dialog cerita novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga, diantaranya sebagai berikut; “Anak yatim piatu itu buta. Setiap kali melihat Pinta, dia merasa iba. Sudah miskin, yatim piatu, cacat pula.” Rasa belas kasihan dalam cerita novel tersebut menunjukkan bahwa ceritanya mengandung nilai pendidikan moral dan kasih sayang sesama. Seperti juga dalam dialok lain disebutkan, “Tapi cinta akan menguatkan kita. Dalam penderitaan yang bagaimanapun beratnya, cinta akan menghangatkan kita.” ”Dia meminta izin pada Dewi agar diperbolehkan menjenguk Ari. Walaupun Pinta itu kotor, tetapi Dewi kasihan melihatnya, sehingga ia diperbolehkan masuk. Ari sangat senang mendapatkan sahabatnya itu menjenguknya. Mereka bermain-main dengan senangnya.” Dari kutipan cerita itu, mengandung nilai pendidikan moral berupa keramahan, kepolosan, kerendahan hati dan kejujuran. Dalam dialog lain diceritakan adanya sifat angkuh yang tidak perlu di tiru, karena sifat angkuh dapat merugikan tidak hanya diri sendiri, tetapi juga orang lain. Sebagaimana dialog berikut. “Kris memulai pembicaraan dengan menanyakan kabar ayahnya dan sang ayah hanya mendengus dingin.” Pada cerita lain, “ Dia pasti ingin sekali mengobrol lebih lama dengan Ari. Tetapi dia takut42 menantunya keburu datang. Karena itu dia cepat-cepat pergi. Ah mengapa keangkuhan harus memisahkan mereka .” Bahkan pada bagian lain diebutkan “ Aku bersupah tidak akan menginjak rumah mereka.” Dalam novel ini juga mebuktikan bahwa keanggkuhan dapat diluluhkan dengan kepolosan, kejujuran dan perhatian sebagaimana cerita berikut “Ketika Ari menanyakan mengapa Eyang tidak bisa bangun, ayah Kris langsung menunjuk lututnya. Tanpa berpikir dua kali, tergopohgopoh Ari berlari masuk, meminta obat gosok pada neneknya, dan ayah Kris tak dapat melupakan kejadian sore itu. Sampai kapanpun” Kesadaran akan penyesalan karena keangkuhan seseorang juga tercermin dalam cerita ini, “Suara Ari yang lincah ceria menerpa kembali telinga ayah Kris. Gemannya memantul berulang-ulang ke dinding hatinya yang paling gelap. Yang telah lima belas tahun tak pernah tersentuh oleh cahaya kasih sayang dan belas kasihan. “Segurat sesal membengkak menjadi sebongkah perasaan bersalah. Mengapa harus menutup di dalam penjara dendam yang dibuatnya sendiri? Penjara yang memisahkannya dengan anak cucunya” c. Nilai Pendidikan Sosial Nilai pendidikan sosial yang tercermin dalam cerita novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga seperti beberapa kutipan berikut; “Ketika rekan-rekan sekantornya datang menyodorkan sebuah amplop tebal. “Cuma ini yang dapat kami kumpulkan untuk Ari, Kris, “Kata Ida mewakili teman-temannya. Mudah-mudahan Ari lekas sembuh”. Hal ini menunjukkan sifat sosial sesama teman atau sesama manusia yang dapat merasakan kesusahan orang lain. Nilai pendidikan sosial yang sangat perlu menjadi teladan bagi sesama adalah juga seperti yang dikisahkan oleh Ari sebagai tokoh utama, dimana Ari sangat ingin membantu Pinta yang buta agar dapat melihat. Hingga suatu saat Ari berwasiat dengan berkeinginan untuk memberikan satu matanya. Sebagaimana dialog berikut “Rasanya Ari sudah nggak kuat, Pa. Jalan saja ndak bisa, bagaimana bisa genjot sepeda? Kalau Ari bisa kasih satu mata buat Pinta ” pada dialog lain disebutkan “Tapi itu satu-satunya permintaan Ari yang terakhir Wi? “Anak kecil yang sering diremehkan karena usianya, ternyata mereka punya sesuatu yang lebih dari orang dewasa. Mereka menghargai persahabatan dengan ketulusan. d. Nilai Pendidikan Religius/Agama Novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga juga mngandung nilai pendidikan bersifat religius seperti beberapa kutipan berikut; “Berapa lama lagi Tuhan? Pertanyaan itu selalu menggema di dalam setiap doa Kris.” Hal ini menunjukkan bahwa adanya kepasrahan kepada Sang Pencipta, timbulnya kesadaran secara religius bahwa yang menentukan hanyalah Tuhan. Doa yang tulus dan ikhlas juga diperankan oleh tokoh Pinta, yakni : “Di lorong sebuah rumah sakit yang telah sepi, ketika malam telah merangkul bumi, seorang anak perempuan kecil yang buta memanjatkan sepenggal doa yang mengharukan. “Kalau Tuhan Cuma mau mengabulkan satu permintaan saja, tolong kabulkan satu permintaan Pinta ! Jangan permintaan Ari ! Ari selalu berdoa supaya Pinta bisa lihat lagi.” III PENUTUP A. Simpulan Nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berkembang karya Mira W. adalah nilai pendidikan etika , saling menghormati, tidak tergantung pada orang lain. Dari nilai pendidikan moral meliputi adanya sikap keramahan, kepolosan, kerendahan hati dan kejujuran, sifat angkuh yang tidak perlu ditiru. Dari nilai pendidikan sosial meliputi sifat sosial sesama manusia, bersedia berkorban untuk kepentingan sesama, menghargai persahabatan dengan ketulusan. Dari nilai pendidikan religius meliputi, adanya kepasrahan kepada Sang Pencipta. B. Saran 1. Bagi Peneliti Dalam Penelitian ini masih banyak aspek instrinsik yang belum terungkap, sehingga belum maksimal Oleh karenanya di masa yang akan datang perlu adanya penelitian lebih lanjut agar benar-benar dapat menambah khasanah penelitian dari sastra khususnya novel. 30 DAFTAR PUSTAKA Mira W. 2003. Luruh Kuncup Sebelum Berbunga. Jakarta: PT Gramedia Utama. Nurgiyantoro Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Poerwadarminta, WJS. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta : Kanisius. Sedjo, Praesti . 2008. Psikologi Pendidikan Staffsite. Gunadarma. ac. id ( 29 Juli 2008 ) Shadily, Hassan. 1984. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ichtiar Van Hoeve. Suharianto. 1982. Dasar – Dasar Teori Sastra. Surakarta: Widya Utama Tarigan, Henry Guntur. 1985. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Tirtawirya Putu Arya. 1983. Apresiasi

PSIKOLOGI SASTRA ANALISIS NOVEL LURUH KUNCUP SEBELUM BERBUNGA OLEH: AGUS SUHIRJAN EIC108 091 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MATARAM 2011 KATA PENGANTAR Rasa syukur yang mendalam penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah memberikan anugerahNya kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan analisis dengan judul “Luruh Kuncup Sebelum Berbunga Karya Mira W. tugas ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas akhir matakuliah penelitian sastra Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas mataram. Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan dan motivasi sehingga dapat menyelesaikan tugas ini, khususnya disampaikan kepada : Dosen mata kuliah seminar sastra Akhirnya dengan segala kekurangan penulis persembahkan kepada para pembaca dengan harapan semoga dapat bermanfaat bagi orang yang berkepentingan. Mataram, 5Juni 2011 Penulis, DAFTAR ISI KATA PENGANTAR        ii DAFTAR ISI        iii I : PENDAHULUAN         1 A.    Latar Belakang Masalah        1 B.    Permasalan        1 C.    Tujuan         1 II : PEMBAHASAN        2 A.    Pengertian Novel        2 B.    Unsur – unsur Novel         2 NOVEL LURUH KUNCUP SEBELUM BERBUNGA KARYA MIRA W         3 A.    Unsur-unsur instrinsik Novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga        3 B.    Unsur-unsur ekstrensik Novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga        13 III PENUTUP        18 A.    Kesimpulan         18 B.    Saran        18 DAFTAR PUSTAKA        19 I PENDAHULUAN A.    Latar Belakang Masalah Karya sastra dibuat pengarang untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada para penikmatnya, mengharapkan terjadinya komunikasi imajinatif, yaitu suatu sentuhan yang dapat menimbulkan citra atau bayangan-bayangan tertentu di dalam angan-angan penikmatnya (Suharianto. 1982;17). Jadi sasaran karya sastra bukanlah pikiran penikmatnya, melainkan perasaannya. Artinya sebuah karya sastra tidak lain merupakan pengabadian perasaan – perasaan pengarang yang menggejala dalam benaknya sebagai hasil persentuhan dengan hidup kehidupan ini. Karya sastra berkemampuan pula menjadikan para penikmatnya lebih mengenal manusia dengan kemanusiaannya, karena apa yang disampaikan oleh setiap karya sastra tersebut tidak lain ialah manusia dengan segala macam perilakunya. Di antara sekian novel karya Mira W. penulis tertarik untuk mengadakan penelitian pada salah satu novel berjudul Luruh Kuncup Sebelum Berbunga. Novel tersebut merupakan sebuah totalitas yang terbangun oleh berbagai unsur instrinsiknya yang koherensif dan padu. Dengan mencermati dan mempelajari alur, latar, para tokoh, gaya dan tema pada novel ini akan mendapatkan nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya sehingga mampu mempengaruhi perkembangan peserta didik menjadi masyarakat yang berakhlak mulia atau berbudi luhur. Nilai-nilai pendidikan itu jika digali dan diajarkan dapat membentuk watak siswa yang berbudi pekerti luhur dan dapat menempa jiwa mereka menjadi pribadi – pribadi yang tangguh. Berdasarkan alasan seperti disebut di atas, penulis tertarik untuk membahasnya dalam tugas penelitian sastra dengan judul Novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga Karya Mira W. B.    Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas masalah dalam analisis ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah Unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga karya Mira W.” C.    Tujuan Melalui penulisan ini penulis berusaha mencapai beberapa tujuan yaitu : “Menunjukkan unsur-unsur novelLuruh Kuncup Sebelum Berbunga karya Mira W. “ II PEMBAHASAN A.    Pengertian Novel Dalam arti luas, novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang lebih luas. Ukuran yang luas di sini dapat berarti cerita dengan alur yang kompleks, karakter yang banyak, tema atau permasalahan yang luas ruang lingkupnya, suasana cerita yang beragam, dan latar yang beragam pula. Dalam sastra Indonesia, istilah novel seperti yang terdapat dalam pengertian yang lebih umum selama ini adalah istilah roman, kemudian istilah tersebut dipergunakan dalam hal yang sama. Tarigan (1985: 164) mengutip beberapa devinisi novel sebagai berikut : “Novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu,yang melukiskan para tokoh,gerak serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut” “Novel adalah suatu cerita dengan suatu alur,cukup panjang mengisi satu buku atau lebih, yang menggarap kehidupan pria dan wanita yang bersifat imajinatif” B.    Unsur-Unsur Novel 1.    Unsur Intrinsik Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Nurgiyantoro (1995 : 23) memberikan pengertian bahwa unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduan antar unsur intrinsik inilah yang membuat novel berwujud. Atau sebaliknya, jika dilihat dari sudut kita pembaca, unsur – unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah novel.Unsur yang dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain. Menurut Suharianto (1982 : 28-38) unsur karya prosa, termasuk di dalamnya novel adalah tema, alur / plot, penokohan, latar, tegangan dan padahan, suasana, pusat pengisahan, dan gaya bahasa. Pendapat lain mengatakan bahwa fiksi novel adalah cerita rekaan yang berupa suatu sistem, maka sistem itu memiliki sub sistem yang terkandung di dalamnya. Sub sistem itulah yang dimaksud dengan unsur-unsur atau struktur cerita (Sujiman 1988:11). Dengan melihat pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam sebuah cerita terdapat bangun cerita atau struktur pokok yang menjadi dasar dalam pembuatan sebuah cerita. Bangun dan struktur cerita itu adalah struktur dalam cerita yang selalu berhubungan satu sama lain. Untuk memperjelas bangun dan struktur cerita yang ada dalam novel yang meliputi tema, alur atau plot, tokoh dan penokohan, latar atau setting, tegangan, suasana, pusat pengisahan, dan gaya. 2.    Unsur Ekstrinsik Unsur ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun ia sendiri tiddak ikut menjadi bagian di dalamnya (Nurgiyantoro 1995 : 23). Unsur-unsur ekstrinsik antara lain adalah : a.    Keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang kesemuannya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. b.    Psikologi pengarang yang mencakup proses kratifitasnya. c.    Psikologi pembaca d.    Pengaruh lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial yang berpengaruh terhadap karya sastra. e.    Pandangan hidup suatu bangsa (Nurgiyantoro 1995 : 24). A.    Unsur-Unsur Instrinsik Novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga Karya Mira W. 1.    Tema Tema sebagai dasar cerita dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga terdiri atas tema mayor yaitu lunturnya dendam kesumat karena kasih sayang, dan tema minor yaitu kematian dini yang penuh nilai-nilai kehidupan. Tema tersebut sangat beralasan. Tokoh Ari anak Kris dan Dewi berwatak lucu, polos, ramah, pandai, penuh kasih sayang pada orang lain. Hal ini telah meluluhkan dendam orang tua Kris. Ari meninggal diusia yang sangat muda karena tumor otak yang menggerogotinya. Dia telah meninggalkan nilai-nilai kehidupan yang penuh makna bagi pembaca. Nilai-nilai kehidupan itulah yang menyatukan, mendamaikan antara anak menantu dan orang tua. Novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga menceritakan tentang dendam orang tua kepada anaknya bisa luntur, hilang, dan sadar karena adanya sikap rendah hati, kepolosan, keramahan dari anak dan cucu, sehingga kebersamaan dan persatuan keluarga bisa terwujud kembali. Pesan dan nilai yang terkandung dari novel ini bagi pembaca diharapkan4memiliki kerendahan hati, menjunjung nilai-nilai kehidupan moral dan mau berkorban. 2.    Alur Novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga karya Mira W. menggunakan alur gabungan yang diawali dengan penggawatan, pemaparan, penanjakan, puncak atau klimaks dan berakhir dengan pelarian. Dengan alur tersebut dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut : a.    Pengguawatan Tahap pengguawatan mencerita Ari yang sedang merayakan ulang tahun ke 5 (lima), tiba-tiba ada angin dan halilintar memadamkan lilin. Sedangkan Dewi dan Kris penuh tanda tanya dalam hati atas peris tiwa tersebut. Sebagaimana kutipan berikut : “Ari anak Kris dan Dewi sedang merayakan ulang tahun yang ke lima, tiba-tiba halilintar menggelegar hingga lilin-lilin di kue ulang tahun mati. Sebuah firasat buruk terbersit di benak Kris dan Dewi walau mereka membuang jauh-jauh” b.    Pemaparan Tahap pemaparan dapat diketahui ketika pengarang melukiskan perkawinan Kris dan Dewi yang tidak direstui orang tua Kris. Mereka tetap melaksanakan dengan kawin lari. Setelah menunggu 8 (delapan) tahun baru lahirlah Ari anaknya. “rencana pernikahan Kris dan Dewi yang tidak direstui orang tua Kris, mereka tetap melaksanakannya dengan kawin lari ” c.    Penanjakan Tahapan ini pengarang melukiskan konflik-konflik yang dihadapi keluarga Kris dan Dewi. Konfik tersebut adalah penyakit Ari yang semakin parah, dan ketertarikan orang tua Kris kepada cucunya yang penuh kasih walau rasa gengsi masih menguasai mereka. “Ari mulai sakit-sakitan” “ketertarikan orang tua Kris terhadap kepolosan dan kelucuan ari“ d.    Puncak / Klimaks Tahap ini menggambarkan peristiwa puncak yaitu penyakit Ari semakin parah tak bisa diobati. Digambarkan pula kepedulian, kesadaran, penyesalan orang tua Kris terhadap Kris, Dewi dan Ari. “orang tua Kris sangat peduli pada Ari“ “sakit Ari semakin parah --- menyadarkan orang tua Kris“ e.    Pelarian Meninggalnya ayah Kris dan Ari mencairkan dendam antara orang tua dan anak. “meninggalnya orang tua Kris dan Ari yang menyatukan keluara“ Dengan demikian Alur yang dipakai dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga sangat menarik. Secara garis besar novel ini menceritakan kisah anak tunggal bernama Ari dari keluarga kecil, dimana kedua orang tuannya Dewi dan Kris tidak mendapatkan restu untuk berumah tangga. Anak semata wayang tersebut baru mulai tumbuh dan diharapkan menjadi kebahagiaan keluarga serta ayah (eyang kakung) dan ibunya (eyang putri). Ari seorang anak yang lincah pinter dan lucu tersebut dengan mulai disenangi oleh eyangnya dan karena Arilah keluarga mereka mulai dapat dipersatukan. Namun ketika perilaku Ari mulai dapat menyatukan keluarga yang terpecah, dia menderia penyakit yang akhirnya tidak dapat disembuhkan. Kepergian Ari ternyata tidak sia-sia, dia telah menyatukan keluarganya kembali yang telah terpecah belah. Ari adalah seorang anak walaupun memiliki umur yang singkat, dimasa hidupnya diceritakan di dalam pergaulannya telah memiliki perilaku yang dapat membangkitkan hidup dan kehidupan di sekitarnya. Karena dia tidak hanya mampu menyadarkan eyangnya yang angkuh, tetapi juga dapat menyadarkan kita untuk menolong sesama dan tidak membedakan kelas atau strata dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga dia disebut gugur sebelum berkembang, dan dia gugur untuk menjadi pupuk kehidupan alam sekitarnya. 3.    Penokohan / Perwatakan Para tokoh cerita dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga adalah sebagai berikut : a.    Ari berwatak lucu, polos, lincah, baik hati dan pandai b.    Dewi berwatak keibuan dan kasih sayang c.    Kris berwatak kebapakan dan teladan bagi anak d.    Pinta berwatak polos, baik, penuh perhatian e.    Ayah Kris berwatak keras hati, gengsi f.    Ibu Kris berwatak keras hati, gengsi g.    Dokter penokohan sabar, baik Cara penyampaian watak / tokoh dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga, dapat di kelompokkan menjadi dua sebagai kutipan berikut: a.    Secara Langsung “Ari montok, hidungnya mancung, matannya bulat bening. Sementara mertuannya ? pipinya kempot, hidungnya pesek, kepalanya botak“ “duh cucu ibu pandai sekali! --- dengan gemas tangannya langsung mencubit pipi Ari” “Dewi tidak tega melarang anaknya yang bermain-main dengan Pinta“ Pinta adalah adak perempuan yatim piatu yang tinggal dirumah sebelah“ “pilih kami atau gadis ini, ancam ayahnya kemaren ketika untuk kesekiannya Kris mengajak orang tuannya berembuk“ “Ayahmu bersumpah tidak mau menginjak rumahmu. --- sudahlah percupa kau bujuk dia“ “tentu saja. Dokter Rahman tersenyum sabar” b.    Secara Tidak Langsung “ah gampang Ari selalu selesai paling dulu, pasti dipuji guru, nggak malah dihukum “oh ya hari ini Ari belum bawa kue buat Pinta, ya? Repti mau? Ari punya sepotong kue roti di bawah bantal“ Secara ringkas berikut di diterangkan peran para tokoh dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga, sebagai berikut. 1.    Ari Dalam Novel Layu Sebelum Berbunga, Ari adalah serang tokoh cerita sebagai anak tunggal dan sekaligus cucu pertama yang pada awalnya memiliki kelincahan, keceriaan, kekaguman, dan kelucuan. Tetapi ternyata memiliki penyakit tumor otak yang merenggut nyawanya, sehingga sang anak tersebut tidak sempat tumbuh menjadi remaja atau dewasa. “Ibu Ari memeluk erat buah hatinya itu, sementara Kris, ayahnya menutup pintu yang tadi terbuka oleh angin” 2.    Kris Kris adalah yang menikahi Dewi walaupun tidak disetujui oleh mertuanya, karena adanya rasa kebencian terhadap keluarga orang tua Kris. “Kris, ayahnya menutup pintu yang tadi terbuka oleh angin” 3.    Dewi Dewi memerankan tokoh sebagai Ibu dari Ari, yang mana kedua orangtua Dewi tidak merestui atas pernikahanya dengan Kris. Sampai akhirnya Ari dapat menyadarkan dan menyatukan keluarga tersebut. “Dewi, Ibu Ari memeluk erat buah hatinya itu” 4.    Pinta Pinta memerankan tokoh sebagai teman bermain Ari, dia seorang anak wanita dari keluarga miskin dan buta tetapi memiliki hati yang tulus dan setia kawan. ”Pinta adalah anak yatim-piatu yang miskin, kotor dan buta.Sehari-hari ia membantu kakaknya mengorek sampah” 5.    Tato Tato memerankan tokoh sebagai kakak Dewi, yang dipenjara karena dituduh membunuh handi adik Kres. “Ayah Kris membenci keluarga Prawoto karena, Tato, anak dari keluarga Pak Prawoto telah membunuh anaknya, Handi. Dan Dewi adalah adik Tato” Uti memerankan sebagai kakak Pinta yang tinggal dalam gubuk sangat sederhana. “Uti, kakak Pinta mendatangi mereka dan menyuruh Pinta masuk dalam gubuk, Ari juga disuruhnya pulang. Uti dan Pinta masuk dalam gubuk, mereka makan sangat lahap” 6.    Eyang Putri Eyang putri adalah memerankan sebagai ibu dari Kris sekaligus Nenek dari Ari yang pada awalnya secara diam-diam menyukai Ari dan akhirnya sangat menyanginya. “Ibu Kris yang dari tadi memperhatikan cucunya itu, mulai tertarik. Namun, perasaannya itu disembunyikan karena takut pada suaminya” 7.    Eyang Kakung Eyang Kakung memerankan ayah Kris dan sekaligus kakek Ari yang mempunyai sikap angkuh dan tidak mau merestui anaknya (Kris) menikah dengan Dewi. Tetapi akhirnya luluh oleh sikap dan perilaku Ari, walupun akhirnya meninggal mendahului Ari. “Di rumah neneknya, Ari langsung mengobrol, makan, mengoceh dan hal itu membuat ketertarikan Eyang Kakung semakin bertambah. Tak terasa hanya dalam waktu satu hari, Ari dapat meluluhkan hati kedua eyangnya itu” 8.    Pak Prawoto Pak Prawoto memerankan sebagai ayah Dewi, yang sangat dibenci ayah Kris. “Kris jatuh cinta dengan Dewi, anak Pak Prawoto, orang yang paling dibenci ayahnya” 9.    dr. Rachman dr. Rachman memerankan dokter saraf yang memeriksa Ari, dan mencurigai bahwa di otak Ari kemungkinan ada proses dan harus diperiksa secara lengakap. “dokter Rahman bagian saraf menjelaskan bahwa ada proses di dalam otaknya, tapi tak yakin tanpa pemeriksaan yang lebih lengkap” 10.    dokter Siswo Dokter Siswo memerankan tokoh sebagai dokter yang memeriksa dan menangani pengoperasian otak Ari di rumah sakit Jakarta. “Takkala Kris dipanggil oleh dokter Siswo, dia merasa bahwa kabar buruklah yang akan didengarnya. Dan ternyata benar, Ari menderita tumor otak. Dan dokter juga menyarankan agar Ari dioperasi” Dari penjelasan peran 12 (dua belas) tokoh di atas, dengan melihat alur cerita dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Bebunga, maka para tokoh tersebut dapat dikelompokkan menjadi tokoh utama dan tokoh periferal atau tokoh tambahan. Sebagai tokoh utamanya adalah Ari, Kris, dan Dewi. Sedangkan sebagai tokoh tambahan adalah Eyang Kakung, Eyang Putri, Pinta, Uti, Tato, dr Rachman, dan dokter Siswo. Tokoh tambahan tersebut merupakan tokoh yang tidak sentral dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama. 4.    Latar atau Seting Latar adalah tempat waktu terjadinya cerita. Suatu cerita ialah lukisan peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu di suatu tempat. Latar dapat dibedakan dalam tiga unsur pokok yaitu; a.    tempat, b.    waktu, dan c.    sosial. Ketiga unsur itu walau masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Latar dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga secara garis besar adalah : a)    Latar Tempat Cerita yang mengisahkan para tokohnya dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga bertempat didua keluarga disebuah kota kecil dan rumah sakit di Jakarta. Keluarga pertama adalah menceritakan keluarga utama yaitu antara Ari sebagai anak, Dewi sebagai Ibu dan Kris sebagai Ayah. Keluarga ke dua menceritakan suasana di tempat tinggal eyang atau orang tua Kris. Sedangkan rumah sakit yang berada di Jakarta menceritakan suasana terjadinya kecemasan dan harapan kepada Ari yang sedang dirawat. “Ari melihat neneknya menunggu di dalam mobil di depan sekolah” “di rumah sakit ? Dewi mengganggukan sedih” “mau apa kau bawa kemari? Kau kerumahnya?” b)    Latar Waktu Cerita dalam Novel ini mengisahkan seorang di masa anak – anak yang mulai terlihat tumbuh, pintar, polos dan lucu, namun belum sempat tumbuh lebih besar lagi, dia meninggal dunia. Latar waktu dalam novel ini cerita terfokus pada cerita sewaktu Ari berumur 5 sampai dengan 8 tahun. Tak terasa 5 tahun sudah usia Ari, dia tumbuh dengan cepatnya. Sampai ultah pernikahan yang ke-8 c)    Latar Sosial Isi cerita dalam novel ini juga banyak mengisahkan latar sosial, yang menceritakan situasi dan kondisi sosial keluarga Ari, situasi dan kondisi lingkungan sosial keluarga Pak Prawoto, situasi dan kondisi pekerjaan di kantor Kris, kondisi dan situasi sosial keluarga pinta, dan kondisi sosial kakak Dewi ,Tato. Sebagaimana diceritakan dalam novel tersebut, yaitu ; “Sudah 8 tahun Kris menunggu hadirnya seorang anak. Pernah suatu waktu mereka sudah berputus asa, karena belum juga dikarunia seorang anak. Setelah tahun-tahun kemanisan cinta itu mulai memudar, mereka sam-sama mengharapkan anak sebagai pupuk penyubur pohon perkawinan mereka. Dan itulah yang tak pernah mereka miliki sampai tahun perkawinan mereka yang kedelapan.” “Kris jatuh cinta dengan Dewi, anak Pak Prawoto, orang yang paling dibenci ayahnya. Ayah Kris membenci keluarga Prawoto karena, Tato, anak dari keluarga Pak Prawoto telah membunuh anaknya, Handi. Dan Dewi adalah adik Tato. Tanpa restu dari orang tuanya, Kris dan Dewi kawin lari dan pergi jauh dari rumah orang tuanya. Cinta mereka memang tidak sia-sia, sudah bertahun-tahun mereka hidup tanpa bantuan orang lain. Mereka memutuskan bahwa Kris harus melanjutkan kuliahnya dan bekerja, setelah itu baru mereka akan meminang anak. Tetapi, selama 3 tahun sudah mereka belum dikaruniai seorang anak. Hingga Dewi memeriksakan diri ke dokter, ternyata ada sebuah kista di salah satu indung telurnya. Dokter menganjurkan agar kista itu diangkat dan Dewi masih bisa mempunyai anak. Setelah melakukan operasi, untuk pertama kalinya Dewi hamil setelah umur perkawinan mereka 8 tahun. Kris bermaksud untuk memberitahukan kepada orangtuanya bahwa Dewi sedang hamil. Tetapi, tetap saja mereka menyambut dingin” 5.    Tegangan Tegangan ialah bagian cerita yang membuat kita sebagai pembacanya terangsang untuk melanjutkan membacanya. Keinginan tersebut muncul karena pengarang seakan menjanjikan kita sebagai pembacanya akan menemukan ‘sesuatu’ yang kita harapkan atau sesuatu ‘jawaban’ atas pertanyaan-pertanyaan yang singgah di benak kita pada waktu membaca bagian sebelumnya (Suharianto 1982: 33). Tegangan dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga adalah sebagaimana kutipan pertanyaan “bagaimana penyakit Ari?”, “bagaimana hubungan ayah Kris dan Dewi serta Kris?” 6.    Suasana Suasana yang terlukis dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga ada yang mengharukan dan ada pula yang membahagiakan. Suasana keharuan dilukiskan dengan luluhnya kegarangan dan kesombongan serta tatapan sayu, sebagimana kutipan berikut : “ untuk pertama kalinya kegarangan dan kesombongan luluh seperti cermin dibanting di atas batu” “tatapan yang sayu menerawang jauh ke halaman“ Suasana membahagiakan dilukiskan ketika akhirnya dapat menyatukan kembali keluarga dan membawa kedamaian. “Ari menyaksikan eyang Putri dan ayahnya saling rangkul sambil menangis. Kepergianya telah menyatukan mereka kembali, membawa damai “ 7.    Pusat Pengisahan Pusat pengisahan adalah bagaimana pengarang akan menentukan siapa orangnya yang akan berkedudukan sebagai apa pengarang dalam4cerita tersebut, untuk menampilkan cerita menngenai perikehidupan tokoh. Dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga ternyata pengarang serba hadir serta tahu pada pelaku Kris, Dewi, Ari. Pengarang tahu apa yang dilakukan para pelaku. “Belum pernah Dewi melihat paras suaminya semuram itu. Bahkan ketika dia memutuskan untuk meninggalkan rumahnya, Kris tidak sampai semurung sekarang.” “Dewi hampir tidak dapat mempercayai matanya. Sejenak dia tertegun di ambang pintu. Sebelum butir-butir air mata runtuh dan bergulir ke pipinya “ 8.    Gaya Bahasa Bahasa dalam karya sastra mempunyai fungsi ganda. Ia bukan hanya sebagai alat penyampai maksud pengarang, melainkan juga sebagai penyampaian perasaannya. Gaya bahasa yang dipakai dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga adalah hiperbola, repetisi, dan perumpamaan. sebagai kutipan berikut : a.    Majas Hiperbola “halilintar menggelegar membelah udara“ b.    Majas Repetisi / Pengulangan Kata “ini hari, hari bahagia “nggak lucu, nggak bisa dongeng, nggak bisa sulap“ “sarung bantal Ari merah, merah sekal“2 c.    Perumpamaan “mereka menjaga kandungan mahal seperti menjaga sebutir intan Ketiga gaya bahasa di atas yang paling dominan dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga adalah gaya bahasa repetisi. Semua gaya bahasa yang dipakai lebih hidup dan dapat membuat daya tarik pembaca B.    Unsur ekstrinsik Novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga Nilai pendidikan dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga dapat di kelompokkan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut : 1.    Bahasa Bahasa yang dipakai dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga baik. Kosa kata yang dipakai bervariasi, mempunyai makna denotasi konotasi ungkapan serta beberapa majas. Kalimatnya sebagian besar menggunakan pola sederhana sehingga memudahkan pembaca untuk memaknai isinya, serta pemilihan kosa kata bervariasi menggunakan istilah-istilah baru yang beguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan. Bahasa tersebut sebagaimana kutipan berikut : “rasanya untuk saat ini kita tak bisa menghindari operasi, pertama-tama untuk membuka sumbatan yang tadi saya katakan. Kemudian kita akan melakukan biopsi, mengambil sedikit jaringan otak Ari untuk diperiksa di laboratorium” “spontanitas kanak-kananya meruntuhkan hambatan tradisi dan prinsip. Dia melangkah tegap menerobos jurang antar generasi. Menggempur semua benteng perbedaan prinsip, usia dan keangkuhan” “kata dokter, Cuma untuk beberapa hari”. Tetapi yang beberapa hari itu ternyata tidak menyenangkan Ari. Bukan hanya darahnya yang diambil tetapi cairan otaknya juga, dan karena sakitnya, Ari sampai jera, tidak mau diperiksa apapun “ Dalam tulisan lain dapat dilihat pada kutipan berikut : “Ari telah pergi jauh” “Hampir enam tahun Ari dibiarkan tuhan menjadi miliknya” “Ari memukuli dada ayahnya sambil menanggis sampai Kris kewalahan menghentikannya” 2.    Psikologi Novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga isinya menggambarkan keadaan dunia yang nyata sesuai dengan kehidupan dimasyarakat yang selama ini dihadapi. Dalam novel ini banyak hal-hal yang dibutuhkan dan dikembangkan anak sebagai modal dasar pendewasaan diri menuju manusia yang cerdas dan mandiri. Hal-hal yang perlu diketahui dan dikembangkan misalnya tentang solidaritas, etika, sosial, keagamaan. Sebagaimana kutipan novel berikut. “seperti hendak menghindarkan kenangan itu dari ingatanya, ayah Kris bergegas bangun, tetapi dia tidak mampu berdiri. Lututnya bukan main sakitnya, seketika Ari melompat untuk membantu kakeknya. Dicobanya menarik-narik tangan ayah Kris, tetapi Eyang terlalu berat” 3.    Latar Budaya a.    Nilai Pendidikan Etika Nilai pendidikan etika banyak tercermin dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga seperti beberapa kutipan berikut; “Tetapi dia tidak mau Pinta kelaparan. Kalau harus memilih, dia tahu yang mana harus dipilihnya. “Buat pinta saja,” katanya sampil mendorong piring kembali. “ Tapi kakak lapar”! protes pinta, berkeras menyorongkan piring itu kepada kakaknya.” “Pinta memegang tangan kakaknya dengan sedih, dia memang tidak dapat melihat tetapi dia dapat merasakan kesedihan kakaknya” Dalam hal ini nilai pendidikan etika terlihat bahwa seorang kakak beradik tidak mau ego mementingkan diri sendiri, dan adanya saling menghormati.” Kemudian pada dialog lain tercermin nilai etika kehidupan, bahwa manusia tidak boleh tergantung pada orang lain tetapi harus usaha sendiri. “Tapi pinta tidak boleh mengemis padanya, selama kakak masih bisa cari makan, kamu tidak boleh menerima belas kasihan orang” “Dewi bertanya pada Ari. Ari pun menjawab bahwa semuanya dari eyang. Dewi terkejut mendengar jawaban dari Ari dan yang terkejut bukan hanya Dewi, tetapi Ari juga, karena Ari baru sadar akan janjinya pada eyangnya”. Dialog tersebut mencerminkan adanya kode etik untuk selalu memegang janji.” Nilai pendidikan etika dalam kebiasaan kerapian dan ketertiban juga tecermin pad novel Luruh Kuncup, yaitu seperti dialog beriku : “Hati-hati dipungutnya celananya. Dikumpulkannya bersama kemeja dan sepatunya. Pakaian kotor ditaruhnya di dalam keranjang cucian yang memang telah disediakan Dewi di sudut kamar.” b.    Nilai Pendidikkan Moral dan atau Kasih Sayang Nilai pendidikan moral dan atau kasih sayang banyak dimunculkan pada dialog cerita novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga, diantaranya sebagai berikut; “Anak yatim piatu itu buta. Setiap kali melihat Pinta, dia merasa iba. Sudah miskin, yatim piatu, cacat pula.” Rasa belas kasihan dalam cerita novel tersebut menunjukkan bahwa ceritanya mengandung nilai pendidikan moral dan kasih sayang sesama. Seperti juga dalam dialok lain disebutkan, “Tapi cinta akan menguatkan kita. Dalam penderitaan yang bagaimanapun beratnya, cinta akan menghangatkan kita.” ”Dia meminta izin pada Dewi agar diperbolehkan menjenguk Ari. Walaupun Pinta itu kotor, tetapi Dewi kasihan melihatnya, sehingga ia diperbolehkan masuk. Ari sangat senang mendapatkan sahabatnya itu menjenguknya. Mereka bermain-main dengan senangnya.” Dari kutipan cerita itu, mengandung nilai pendidikan moral berupa keramahan, kepolosan, kerendahan hati dan kejujuran. Dalam dialog lain diceritakan adanya sifat angkuh yang tidak perlu di tiru, karena sifat angkuh dapat merugikan tidak hanya diri sendiri, tetapi juga orang lain. Sebagaimana dialog berikut. “Kris memulai pembicaraan dengan menanyakan kabar ayahnya dan sang ayah hanya mendengus dingin.” Pada cerita lain, “ Dia pasti ingin sekali mengobrol lebih lama dengan Ari. Tetapi dia takut42 menantunya keburu datang. Karena itu dia cepat-cepat pergi. Ah mengapa keangkuhan harus memisahkan mereka .” Bahkan pada bagian lain diebutkan “ Aku bersupah tidak akan menginjak rumah mereka.” Dalam novel ini juga mebuktikan bahwa keanggkuhan dapat diluluhkan dengan kepolosan, kejujuran dan perhatian sebagaimana cerita berikut “Ketika Ari menanyakan mengapa Eyang tidak bisa bangun, ayah Kris langsung menunjuk lututnya. Tanpa berpikir dua kali, tergopohgopoh Ari berlari masuk, meminta obat gosok pada neneknya, dan ayah Kris tak dapat melupakan kejadian sore itu. Sampai kapanpun” Kesadaran akan penyesalan karena keangkuhan seseorang juga tercermin dalam cerita ini, “Suara Ari yang lincah ceria menerpa kembali telinga ayah Kris. Gemannya memantul berulang-ulang ke dinding hatinya yang paling gelap. Yang telah lima belas tahun tak pernah tersentuh oleh cahaya kasih sayang dan belas kasihan. “Segurat sesal membengkak menjadi sebongkah perasaan bersalah. Mengapa harus menutup di dalam penjara dendam yang dibuatnya sendiri? Penjara yang memisahkannya dengan anak cucunya” c.    Nilai Pendidikan Sosial Nilai pendidikan sosial yang tercermin dalam cerita novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga seperti beberapa kutipan berikut; “Ketika rekan-rekan sekantornya datang menyodorkan sebuah amplop tebal. “Cuma ini yang dapat kami kumpulkan untuk Ari, Kris, “Kata Ida mewakili teman-temannya. Mudah-mudahan Ari lekas sembuh”. Hal ini menunjukkan sifat sosial sesama teman atau sesama manusia yang dapat merasakan kesusahan orang lain. Nilai pendidikan sosial yang sangat perlu menjadi teladan bagi sesama adalah juga seperti yang dikisahkan oleh Ari sebagai tokoh utama, dimana Ari sangat ingin membantu Pinta yang buta agar dapat melihat. Hingga suatu saat Ari berwasiat dengan berkeinginan untuk memberikan satu matanya. Sebagaimana dialog berikut “Rasanya Ari sudah nggak kuat, Pa. Jalan saja ndak bisa, bagaimana bisa genjot sepeda? Kalau Ari bisa kasih satu mata buat Pinta ” pada dialog lain disebutkan “Tapi itu satu-satunya permintaan Ari yang terakhir Wi? “Anak kecil yang sering diremehkan karena usianya, ternyata mereka punya sesuatu yang lebih dari orang dewasa. Mereka menghargai persahabatan dengan ketulusan. d.    Nilai Pendidikan Religius/Agama Novel Luruh Kuncup Sebelum Berbunga juga mngandung nilai pendidikan bersifat religius seperti beberapa kutipan berikut; “Berapa lama lagi Tuhan? Pertanyaan itu selalu menggema di dalam setiap doa Kris.” Hal ini menunjukkan bahwa adanya kepasrahan kepada Sang Pencipta, timbulnya kesadaran secara religius bahwa yang menentukan hanyalah Tuhan. Doa yang tulus dan ikhlas juga diperankan oleh tokoh Pinta, yakni : “Di lorong sebuah rumah sakit yang telah sepi, ketika malam telah merangkul bumi, seorang anak perempuan kecil yang buta memanjatkan sepenggal doa yang mengharukan. “Kalau Tuhan Cuma mau mengabulkan satu permintaan saja, tolong kabulkan satu permintaan Pinta ! Jangan permintaan Ari ! Ari selalu berdoa supaya Pinta bisa lihat lagi.” III PENUTUP A.    Simpulan Nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Luruh Kuncup Sebelum Berkembang karya Mira W. adalah nilai pendidikan etika , saling menghormati, tidak tergantung pada orang lain. Dari nilai pendidikan moral meliputi adanya sikap keramahan, kepolosan, kerendahan hati dan kejujuran, sifat angkuh yang tidak perlu ditiru. Dari nilai pendidikan sosial meliputi sifat sosial sesama manusia, bersedia berkorban untuk kepentingan sesama, menghargai persahabatan dengan ketulusan. Dari nilai pendidikan religius meliputi, adanya kepasrahan kepada Sang Pencipta. B.    Saran 1.    Bagi Peneliti Dalam Penelitian ini masih banyak aspek instrinsik yang belum terungkap, sehingga belum maksimal Oleh karenanya di masa yang akan datang perlu adanya penelitian lebih lanjut agar benar-benar dapat menambah khasanah penelitian dari sastra khususnya novel. 30 DAFTAR PUSTAKA Mira W. 2003. Luruh Kuncup Sebelum Berbunga. Jakarta: PT Gramedia Utama. Nurgiyantoro Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Poerwadarminta, WJS. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta : Kanisius. Sedjo, Praesti . 2008. Psikologi Pendidikan Staffsite. Gunadarma. ac. id ( 29 Juli 2008 ) Shadily, Hassan. 1984. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ichtiar Van Hoeve. Suharianto. 1982. Dasar – Dasar Teori Sastra. Surakarta: Widya Utama Tarigan, Henry Guntur. 1985. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Tirtawirya Putu Arya. 1983. Apresiasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar